Selasa, 27 Desember 2011

Novel (Part 3)


Selanjutnya
( berlalu 2 bulan )
            Sudah pagi lagi, dan sesuai yang dirimu ucapkan. Dirimu yang membangunkanku kali ini. Minggu, aku masih ingin terlelap. Tapi kali ini aku ada janji denganmu, jalan berdua. Makan siang berdua.
            Kita kian akrab, sudah sejak 2 bulan dari pertemuan kita. Lewat buku yang selalu aku bawakan ketika kita bertemu. Alasanku buat main ke rumahmu. Kita sudah tidak canggung lagi seperti dulu. Malahan aku sudah berani kirim salam, salam kangen kataku. Jujur, sejak pertemuan terakhir aku mulai menyimpan rasa. Rasa yang dulu pernah mati karenanya.
            Dan disinilah kita, di kelilingi air dengan ikan yang berenang di dalamya. Walau sedikit keruh, tapi ikan itu cukup terlihat. Berenang berebut ketika ada seseorang yang melempar sesuatu ke dalam kolam. Di ujung nampak lain pasangan muda yang mengadu kasihnya, mesra, saling menyuapi, pegangan tangan. Ah Tuhan aku menginginkan itu.
Sedang yang disebelahku adalah dirimu. Cantik dengan kerudungmu. Walaupun mungkin cuma aku yang berkata begitu. Cantik, cantik, dan aku bahagia bisa bersamamu kali ini. Sekedar Cuma bercanda cukup membahagiakan buatku, tertawa lepas. Menikmati indahnya sore berdua.
Dan kali ini makin besar harapanku ketika dirimu bisa memelukku kelak.

Jumat, 23 Desember 2011

Novel (Part 2)


Sebuah awal
Kita bertemu di sebuah rumah sederhana dengan atap yang selalu bocor. Basah ketika hujan, menjadikannya sebuah kelembaban. Ada tumpukan kasur di pojok, dengan tikar bergulung-gulung di sebelahnya. Di sudut lain nampak sebuah lemari dengan cermin besar di pintunya. Satu pintu lagi nampak sebuah kaca yang sedikit kusam, menampakkan isi lemarinya. Bertumpuk-tumpuk pakaian. Sebuah televisi lama yang terus bersuara, menemani kita waktu itu. Ada kamar berjajar di sebelah ruang tamu ini, tapi selalu kosong. Entah kenapa. Tak pernah tahu. Kursi berjajar berhadapan, seolah menggambarkan yang duduk di sana. Aku tamu, sedang engkau tuan rumahnya. Dipan itu, iya dipan itu. Aku hampir lupa, dipan yang nampak mulai tua dengan kasur dan seprei bunga-bunga.
Halaman rumah ini cukup luas. Nampak berjajar bunga-bunga dan pohon rambutan. Nampak sebuah jalan setapak dengan batu sebagai alasnya. Di pinggirnya nampak bata merah dan tanaman hias sebagai pembatasnya.
Belum sempat mandi waktu itu. Masih dengan kaos lengan panjang dan celana panjang kain. Ciri khasku. Masih dengan aroma tubuh yang khas. Belum mandi. Orang-orang menyebutnya bau badan, tapi aku lebih senang menyebutnya tubuh seorang pelaut, yang berhari-hari di laut lepas tanpa persediaan air tawar yang mencukupi.Maka aku dengan bebas berkata-kata seperti seorang pelaut. (SpongeBob Squarepants) ANEH.
“ Udin” kataku dengan menyodorkan tanganku meminta jabat tanganmu. “ Ning” balasmu sambil menjabat tanganku. Seorang gadis yang kuanggap biasa. Seorang gadis yang sederhana, nampak seperti orang bangun tidur. Tapi aku tahu, ada kecantikan tersembunyi di balik itu. Kecantikan yang sederhana dan alami. Postur tubuh seperti gadis rata-rata. G ada yang lebih.
Mulai lagi, selalu saja bingung darimana harus memulai. Selalu bingung dengan kata pertama yang harus aku ucap. Tuhan, kenapa selalu seperti ini. Rasanya ruangan ini kian sempit, udara kian terasa pengap. Membuat nafas ini jadi megap-megap. Semilir angin tak lagi sejuk, gerah, panas. Begitulah untuk setiap bertemu dengan gadis untuk pertama kalinya. Dunia serasa menghimpitku.
Ah, Tuhan. Kenapa denganku……!!!
Lama, lama waktu berlalu. Masih diam saja. Beku
“Ehm… temannya adikku yaa? Satu sekolahan dulu?” mencoba membuka pembicaraan. Kaku.
“ Iya, tapi dulu nggak kenal, baru di pabrik kenalnya” singkat jawabmu. Lalu diam lagi.
Ah hampir malam, aku mundurkan diriku, pamitan. Ah betapa bodohnya aku, kesan pertama yang biasa.
Lampu jalan mulai menyala, gelap mulai menghadang di depan sana. Betapa bodohnya, aku masih memikirkan hal yang tadi. Selalu saja, memberi kesan yang biasa di awal pertemuan. Moga tak berlanjut nantinya, di pertemuan-pertemuan yang akan datang.
Jarum jam menunjukkan jam 9. Belum bisa aku terlelap.
“ Met mlm” aku mencoba membuka pembicaraan lewat sebuah pesan singkat. Lama, dirimu tak membalasnya. Masih membekas dipikiranku, pertemuan tadi. Aku tak berhasil memberi kesan yang baik.
Hingga “ Met mlm juga, belum tidur?” pesan singkatmu yang ku tunggu.
“ Belum, belum ngantuk, dirimu lagi apa?”
“ Lagi nonton tv, tapi nggak jelas nonton apa?”
“ Kok nggak jelas? Eh maaf yaa tadi? Begitulah aku, untuk pertemuan pertama.”
“ Nggak jelas, Dipindah-pindah terus. Nggak apa-apa, kita sama aku juga nggak banyak bicara. Terlalu pendiam.”
“ He…he. Berarti kita punya persamaan yaa? Sama-sama pendiam”
“ Iya, eh dirimu kuliah yaa? Kata adikmu di UNY, jurusan apa?”
“ Kuliah jurusan elektro. Lha dirimu? Waktu SMK jurusan apa?”
“ Aku dulu akuntansi, tapi malah nyasar kerja di pabrik”
“ Pintar hitung-hitungan dong?”
“ Biasa aja, aku bukan anak yang cerdas kok. Dirimu punya novel nggak atau bacaan apa gitu?”
“ Ada banyak, mau pinjam? Kalau kita ketemu lagi tak bawain”
“ Boleh. Bawain yang bagus yaa? Dah malem, ngantuk”
“ Tidur aja kalau ngantuk, met malam. Met tidur!”
“ Met tidur juga..!!”

Novel (Part 1)


Prolog

Semuanya terasa kacau. Hatiku bergolak, ingin ku kembalikan semuanya seperti semula. Saat aku merasakan kebahagiaan. Saat semuanya kembali lancar, berjalan mengalir bagaikan air. Embun pagi telah menetes, jatuh ke tanah bercampur debu. Tak terasa lagi kesegarannya, berlumpur, pahit.Kertas putih telah tertulisi, oleh tinta merah, hitam, ungu, merah jambu. Kotor,lusuh terkoyak-koyak ujung pena.
Boleh aku kembali Tuhan, saat bisa ku peluk dirinya. Berbagi bahagia. Iya, aku sadar aku yang membuat seperti itu. Aku yang memulai kesalahan itu. Kenapa sekarang aku baru sadar?
Kacau-kacau, tak bisa lagi ku teruskan tulisanku. Terasa buntu, dah habis pikiranku. Aku tak bisa menulis lagi.
Smsmu datang lagi, dan selalu aku yang memulai. Memulai kata yang selalu engkau hentikan.
Seperti biasa kali ini engkau yang menghentikan lagi, aku mulai muak. Aku mulai bosan seperti ini. Mungkin sudah dekat buat kita berpisah. Buat kita mengakhirinya.
Sms datang lagi, dan kali ini bukan darimu. Bukan darimu. Entah kenapa terasa mesra walau sedikit dingin. Lembut memberi arti. Kenapa dengan rasa ini, aku salah dulu pernah menodainya. Membuatnya hitam dengan nafsuku. Hanya nafsuku, wajarkan?
Bukan nafsu, sekali lagi bukan nafsu. Hanya soal hati, hati yang teracuni. Yang kemudian meracuni cinta.

Kamis, 22 Desember 2011

Untukmu

Dan engkau akan tahu betapa aku mencintai
Sedihku, senangku semua karena dirimu
Jujur, aku tidak bisa berjanji
Aku hanya akan berusaha untuk membuktikannya

Dalam kondisi ini aku takkan menyerah
Walaupun apa yang terjadi
Aku akan tetap bertahan

Aku akan bertahan
Aku akan bertahan
Aku akan bertahan

Tuhan, tolong jaga dia untukku
Persatukan kami dalam bahagia



Rabu, 21 Desember 2011

Bunda

Bun, aku kangen

Cuma itu yang bisa terucap
Serta sebaris doa
" Yaa Allah, berilah tempat terbaikmu untuk bundaku. Tempatkanlah ia bersama orang-orang yang Engkau kasihi. Jauhkan ia dari api neraka. Serta bimbinglah kami anak-anaknya."

Selasa, 20 Desember 2011

no MORE love

peduli apa aku denganmu
engkau hanya berang-berang lalu
menumpuk kayu di danau biru

biarkan saja, apa peduliku
kita pernah satu, tapi tak pernah menyatu


hujan jalanan kini basah
banjir mungkin


tapi apa peduliku
biar dirimu mati di dera banjir itu
bergulung-gulung menjadikanmu biru

aku tak mau peduli lagi denganmu
biar mati dirimu
lalu habis dimakan kaki seribu

PROLOG AKHIR


PROLOG AKHIR
Kali ini sendiri aku mencoba menulis untuk diriku.Entahlah sepi sekali di sini.Aku bosan.Ku coba lagi, berlari ke belakang.Menikmati setiap sendok kehidupan yang telah aku lalui.Tak ada yang ganjil, mungkin hanya aku yang bodoh selama ini.Kenapa harus ada dirimu, kenapa aku harus sayang kamu, sedang orang tuaku keras kepala.Mereka tak peduli rasa cinta, mereka tak inginkanmu.Inginkan rasa cinta yang kita miliki.
Ah entahlah, aku hanya seorang anak di sini. Seorang anak yang sedang berjuang bertahan dalam hidup ini. Mencoba mencari masa depan, mengais-ngais mimpi. Menyusun setiap mimpi agar menjadi nyata.
Tapi-tapi, dirimu salah satu mimpiku. Kemana, kenapa…..
Kini hilang, terpaksa aku tinggalkan.Bukan inginku, bukan mauku.Sekali lagi aku hanya seorang anak.Yang tak mau durhaka kepada orang tua, yang tak mau mengecewakan orang tua.
Aku merenung sesaat, kenapa ada cinta antara kita.Sedang kita seperti sekarang.
Maaf mungkin dulu aku memberimu banyak harapan dan menerbangkannya ke awang-awang.Aku tak ingin menerbangkannya lebih tinggi lagi.Terpaksa kupatahkan sayapnya dan jatuh berurai.
Kini aku mencoba menyatukan sayap itu.Mencoba menerbangkannya kembali.
EPILOG AWAL
Dunia ini terasa berhenti, ketika kita sepakat untuk pisah.Itu inginmu, mungkin salahku.Tapi aku sudah mencegahmu.Sudah kukatakan kenapa seperti itu.Tapi engkau keukeuh dengan prinsipmu kita pisah.Aku hanya bisa membela diri.
Iya ngerti aku yang memulainya kemarin.Pikiranku sedang kacau malam itu.Dan maaf membuatmu menangis ketika itu.Tapi kutarik semua ucapanku saat aku bertemu denganmu, aku jilat kembali ludah yang telah aku keluarkan.Maaf aku membela diri lagi.Aku hanya manusia.
Sudahlah kita jalani hidup masing-masing.Aku tanpamu dan diriku tanpamu. Mungkin akan berat untuk kita jalani, coba sajalah. Mungkin akan terbiasa, butuh waktu berbulan-bulan untuk sembuh dari penyakit ini. Penyakit cinta, penyakit rindu.
Hampir sebulan aku sendiri, mencoba menikmati kesendirianku.Aku hanya bingung.Aku hanya tak mampu berkata lagi.Lelah membohongi diriku sendiri. Lelah berkata “benci aku, lupakan aku”
Kini aku mengemis cintamu berharap engkau kembali dengan pelukan hangatmu.Pelukan cinta yang masih bisa aku rasakan.Aku tak malu berkata seperti ini.Karena memang aku membutuhkanmu.
Ah cinta, kini dirimu ada di depanku. Entah apa yang akan ku katakan, aku bingung dengan hatiku. Aku masih sayang kamu, masih kangen kamu.Detik kembali berlalu.Kita hanya diam, dan sedikit bercanda tanpa arti.Aku sakit.
Sayang aku pengen ngomong.Aku masih sayang kamu, aku ingin kita seperti dulu lagi.
DIALOG AKHIR
( SEBUAH BAHAGIA YANG HANYA SEPARUH)
Akupun bicara walau dengan sedikit kata.Dan kata, dan kata.Lalu berhenti saat kau jawab kata itu.Dengan banyak aturan yang kau tetapkan.Biarlah aku terima itu.Aku hanya manusia, maaf bila aku salah waktu itu.
Kini kita kembali berdua, merajut benang-benang cinta yang telah aku buat kusut.Menambal kain yang pernah aku lubangi. Aku tahu tak akan seindah dulu, ketika masih utuh.
Tapi kita coba tuk membuatnya lagi.Cinta kita yang seindah dulu. Tapi maaf aku tak akan mencoba meyakinkanmu lagi, aku tak akan menerbangkan harapanmu ke awang-awang seperti dulu lagi. Aku hanya akan terus berusaha berjuang demi cinta kita. Sampai nanti waktunya, ketika kita sampai pada “final destination”. Dukung aku, bantu aku.
AT THE SECOND
( THE SECOND TIME)
Ku jalani hari denganmu, hampir bahagia seperti dulu.Mungkin lebih bahagia.Berusaha meraih mimpi hingga ke “final destination”.But I don’t know. Sedikit demi sedikit rasa ini berubah.Menjadi cakaran-cakaran yang mengoyak jiwaku.Mempermainkan nafsuku.Bergejolak mempercepat aliran darahku.
Ah Tuhan, apa yang terjadi.Aku menganggapmu menjadi milikku seutuhnya dan aku berhak atas dirimu.Sebuah rasa sayang yang berlebihan.
Hingga sebuah petaka datang lagi ketika ku ucap “ Aku menginginkannya, putus aku jika dirimu tak mau”. Hilang lagi karena salahku.
Kau pergi lagi.Menjauh dari diriku.
SESAL LAGI
( Dan Selalu Datang Terlambat)
Not exciting. Alone.Susahnya, mencoba untuk mencari lagi.Yang lebih baik lagi. More better-more better. I found them. And I need.More better but no more exciting. Dia tidak lebih menarik darimu.
Tapi semuanya hanya jadi mimpi.Mimpipun tak pernah utuh.Hanya separuh.Ketika mimpi itu semakin hancur dan hancur.Dan kini mimpi itu hilang.
Semakin menghancurkan hatiku.Semakin membuatku bisa merasakan dirimu, arti penting dirimu buatku.Tuhan aku salah.Dan sesal selalu datang terlalu terlambat.
You come again. Yang kedua kalinya.Tapi aku pikir, aku yang memulainya dulu.Seperti dulu lagi. Like de javu.Semuanya seperti kembali terulang. Kita seolah  mesra lagi, benar-benar mesra seperti dulu. Again-again and again.
THE END
( SEBUAH BAHAGIA YANG DIHARAPKAN DAPAT UTUH)
Kita di sini, beku.Tak ada sepatah katapun.Hanya bahasa tubuh yang tahu.Setiap gerak gerikmu memberi arti.Memberi tanda bahwa dirimu masih sayang aku.Begitu pula aku.
Then it’s going run. Kita menyatu lagi seperti dulu.Hangat tubuhmu merasuk setiap relung jiwaku.Menghangatkan setiap tulang dan otot dalam tubuh ini.Walau tanpa kata dariku, atau tanpa kata darimu.Hanya bahasa tubuh.Bahasa tubuh yang hangat.Menyatu dalam heningnya ruangan ini.
I’m happy, terlalu bahagia untuk di ungkapkan,
It’s real. Sekarang kita telah bersatu kembali. Merajut bahagia yang semoga tak akan pernah berujung. Saling sayang, saling mencintai satu sama lain.
The last, happy ending……